Jumat, 10 Desember 2010

Tiga Varietas Kopi Gayo Segera Dapat Sertifikat

Menteri Hukum dan HAM, Patrialis Akbar, didampingi Bupati Aceh Tengah Nasaruddin, melihat biji kopi Gayo unggulan di acara pameran industri yang berbasis Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Jakarta Convention Centre, Kamis (27/5). TRIBUNNEWS.COM/dany permana
Banda Aceh – Tiga dari 12 varietas kopi Arabika yang selama ini dikembangkan di daratan tinggi Gayo, kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, segera mendapat sertifikasi nasional dari depatemen pertanian. Ketua Forum Kopi Aceh (FKA), Mustafa Ali, tadi sore, mengemukakan, ketiga varietas kopi Gayo yakni Bor-bor, Tim-tim, dan P-88 sudah didaftarkan ke Departemen Pertanian dan tinggal menunggu pelepasan.
“Kita tagetkan paling lambat sebelum pertengahan 2010 ketiga varietas kopi Gayo tersebut secara simbolis sudah dilepas oleh Menteri Pertanian,” katanya.
Dikatakan, semua pihak terus berupaya mendorong agar tiga varietas kopi Gayo tersebut segera medapat sertifikat nasional, sehingga komoditas tersebut semakin dikenal baik nasional maupun internasional.
Kemitraan Aceh untuk Pembangunan Ekonomi (APED-Aceh Partnerships for Economic Development), FKA dan Balai Pengembangan Teknologi Pertanian (BPTP) yang didukung Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah telah membentuk tim untuk mengusulkan ketiga varietas kopi Arabika unggulan tersebut.
“Jadi, apabila sudah ada sertifikat, Forum Kopi Aceh bisa melakukan penangkaran bibit sendiri,” katanya.
Disebutkan, dari 13 verietas kopi Arabika yang dikembangkan di dataran tinggi Gayo, hanya tiga jenis yang memiliki mutu baik. Dari hasil penelitian dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember , ketiga varietas tersebut memiliki prospek pasar yang menggembirakan dan memiliki cita rasa tinggi.
Penelitian itu dimulai sekitar tiga tahun lalu dengan melibatkan para peneliti serta Puslit Kopi dan Kakao Indonesia Jember, Kebun Percobaan Gayo, BPTP Aceh. Pengembangan kopi di daerah dingin itu memiliki keunikan, baik dari sisi proses produksi sampai cita rasa.
Ditambahkan, 2008 merupakan trend bagi pasaran kopi yang tergolong spesial yakni kopi yang memiliki cita rasa khas. Areal tanam kopi Arabika di dataran tinggi Gayo tersebut yang paling luas di Indonesia, kini mencapai 90 ribu hektare dengan produktivitas antara 700 hingga 1.000 kg per hektare.
Selama ini kopi yang diekspor dari Aceh adalah jenis Arabika, yang merupakan salah komoditas andalan daerah, dengan pangsa pasar utama adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Eropa.
Data Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Aceh menyebutkan, volume eskpor kopi Aceh Januari-September 2009 mencapai 4,635 ribu ton dengan nilai 14,699 juta dolar AS (Rp14,699 miliar).
Dari jumlah tersebut, Amerika Serikat merupakan negara paling banyak mengimpor kopi Aceh yakni 3,516 ribu ton (11,048 juta dolar), sedangkan selebihnya ke Kanada dan Eropa, seperti Jerman, Belgia, dan Norwegia. Selain itu kopi Aceh juga diekspor ke Meksiko dan Selandia Baru.
Sumber: serambinews.com [Jum'at, 04 Desember 2009 15:58:51 WIB].

Tidak ada komentar: